Memantik lentera, SDN Ngadirenggo 2 Blitar


Hari ini Senin, 29 September 2014. Pagi begitu cerah, mentari menyongsong dengan sinar terangnya ketika kami bersiap  menyambut hari inspirasi. Perjalanan kami begitu jauh, satu jam rasanya kami menanti seperti apa kiranya sekolah yang menjadi tujuan kelas inspirasi hari ini. “Kelas Inspirasi”, kami sukses menjadi penasaran ketika mendengar kata itu pertama kali. Begitu banyak bayangan yang tak dapat kami lukiskan, namun tetap membulatkan tekat kami untuk turut bergabung.

SD ngadirenggo 2 versi google map

SD ngadirenggo 2 versi google map

Menyusuri jalan berbukit nan berliku, diapit jurang dan gunung, mata kami tak henti-hentinya dimanjakan pemandangan alam oleh hijaunya pepohonan. Jalanan semakin terjal saja, banyak bebatuan yang membuat kendaraan yang kami tumpangi tidak stabil lagi. Kami sudah sampai di pintu masuk lokasi perkebunan Sengon, ternyata kami masih harus melanjutkan perjalanan sekitar 1 kilometer lagi untuk sampai di tujuan. Lamat-lamat terlihat bangunan atap sebuah rumah, sendirian, tanpa ada sesama bangunan buatan manusia di sekitarnya. Semakin kami mendekat semakin kami tahu bahwa satu-satunya bangunan buatan manusia di komplek perkebunan karet tersebut adalah SDN Ngadirenggo 2. Ya, itulah lokasi sekolah yang menjadi tujuan kami hari ini.

Rupanya kami terlambat datang, apel pagi baru saja selesai dilaksanakan. Kenapa apel? Ya, karena di sekolah ini tiang bendera belum kunjung mendapat sentuhan perbaikan. Sebagai alternatif kegiatan pengganti upacara bendera, kepala sekolah mengadakan apel pagi untuk menyiapkan kondisi siswanya. Bangunan sekolah ini sangat sederhana, namun bersih dan terawat, menunjukkan betapa warganya sangat cinta dan peduli. Belum lagi bonus pemandangan alam nan eksotis, hutan dipadu tepian jurang yang menyejukkan mata dan paru-paru kita. Sekolah ini beruntung memiliki kepala sekolah seperti Bu Endang Sriningsih, S. Pd., M. Pd. Beliau dekat dengan rekan sejawat, siswa, dan para orang tua. Tak henti-hentinya beliau memotivasi siswa agar giat belajar dan terus sekolah. Beliau tidak menjadikan keterbatasan sebagai alasan untuk berhenti berusaha. Bahkan Bu Endang dengan inisiatifnya mengundang petugas dari satuan polisi lalu lintas untuk memberi pemahaman seputar safety riding ketika beberapa siswanya terpaksa harus berangkat dan pulang sekolah dengan mengendarai motor. Seluruh siswanya yang berjumlah 85 anak mendapatkan perhatian yang sama baiknya seperti siswa di sekolah non marginal.

Suasana menjadi gaduh ketika semua siswa berkumpul dalam satu ruangan. Sebagai pengganti sesi perkenalan saat apel, kami mengumpulkan siswa dan mengajak ice breaking sekaligus perkenalan. Terlihat wajah tegang para relawan pengajar yang mungkin sedang mengira-ngira, apa kiranya yang akan mereka lakukan ketika tengah berdiri di depan para siswa. Sesi materi dibagi dalam 3 kelas berdasarkan distribusi usia. Kelas A (kelas 1 dan 2), kelas B (kelas 3 dan 4), dan kelas C (kelas 5 dan 6).

Tim kami yang bertugas saat hari inspirasi berjumlah total 9 orang. Lima orang fasilitator, 1 orang fotografer yang merangkap videografer, dan 3 orang relawan pengajar yang berasal dari kalangan dosen, polisi, dan penggiat LSM. Setiap sesi penyampaian materi berdurasi 45 menit dan terbagi dalam 3 sesi penyampaian materi. Tidak hanya siswa yang antusias, guru-gurunya pun demikian. Mereka berkonsentrasi penuh bahkan sambil sesekali mencatat ketika mendengarkan penjelasan dari para pengajar.

Waktu menunjukkan hampir pukul 12.00 ketika seluruh relawan pengajar telah selesai menyampaikan materinya. Para siswa kemudian dikumpulkan lagi dalam satu ruang untuk sesi refleksi dan penutupan. Sesi ini seru, karena kami bernyanyi dan menari bersama siswa, tak lupa bermain games cepat-tepat sebagai bentuk refleksi kegiatan satu hari.

Hari inspirasi ditutup dengan menempelkan bintang kejora pada papan cita-cita. Kini cita-cita mereka telah berwarna-warni. Tidak hanya guru dan dokter, kini mereka telah berani bercita-cita sebagai koki, polisi, aktor, bahkan ada yang bercita-cita sebagai pembalap. Senyum riang menghiasi wajah mereka bahkan hingga acara penutupan usai. Mereka membawa senyum riang itu pulang ke rumah dan siap membagikannya kepada anggota keluarga yang lain.

kelas inspirasi blitar

kelas inspirasi blitar

tertanggal sekarang


holaaa bloggersland….

Mengawali pagi dengan mencoba menghidupkan kebiasaan menulis yang sempat “mati suri”. Mudah-mudahan bisa barokah dan istiqomah. Jumat Mabruk.. 

 

Seandainya begini, seandainya begitu


Manusia bersyukur dan mengutuk atas apa yang terjadi selalu tak lepas dari kata – kata “seandainya saja begini…. seandainya saja begitu….. “, berharap keadaan berubah jika mereka berhasil melakukan apa yang seharusnya dilakukan di masa lalu. So do I… bukan bermaksud menyesal sih, hanya saja kadang suka membayangkan kira-kira hidupku bakal gimana kalau saja aku melakukan sesuatu yang berbeda, duluuuuuuu…………..

seandainya aku jadi kuliah di ITB

seandainya aku mengambil beasiswa lain

seandainya aku ga gabung di WWF Kalbar

seandainya aku ga ketemu “dia”

seandainya aku ga “kabur” trus jadi PM

seandainya aku bertahan di UPF dr.soetomo

seandainya aku jadi kuliah di UGM

seandainya aku ga “move on”

seandainya aku ga lulus tepat waktu

seandainya aku terbiasa dimanja

seandainya aku mengambil jurusan selain kimia

seandainya aku ga kuliah di Unair

seandainya aku dianterin ke mana-mana sama ortu

seandainya aku memilih “ngekor” teman-teman

seandainya aku ga masuk di IPA 3

seandainya aku ga sekolah di SMA 2

seandainya aku ga masuk kelas F

seandainya aku ga ikut remas

seandainya aku ga sekolah di SMP 2

seandainya aku ga ikut olimpiade-olimpiade SD

seandainya aku tinggal bukan di lingkungan pesantren

seandainya aku selesai TK tepat 2 tahun

seandainya abi bukan keturunan jawa

seandainya ummi bukan keturunan arab

seandainya aku tidak terlahir dari rahim ummiku.

mungkin tidak ada diriku yang sekarang….

Gambar   Gambar

awan mengajarkan menjadi manusia


Pagiku terusik kedatangan awan. Ia membangunkanku yang asik bercengkrama dengan sisa malam, sengaja membuat mentari menyerangku dengan kehangatan sinarnya. Awan bercerita, indahnya pagi akan lebih bermakna dengan tawa riang anak-anak yang pergi ke sekolah. ya, Awan menyukai anak-anak, mereka tidak pernah mengeluh ketika ia tidak memayungi dari terpaan sinar matahari, pun mereka tidak akan mengutuk karena ia mengeluarkan hujan berhari-hari. Awan senang menjadi dirinya sendiri.

Hari ini awan mengajakku berlari, menyambut anak-anak menyongsong cita-citanya. Kami pun menari, menari suka cita. Berlenggak lenggok ke sana kemari, bergurau bercanda, tanpa ada habisnya. Awan menyukai anak-anak, sesekali ia melindungi mereka dari sengatan mentari. Hari ini menjadi hari terindah bagi kami.

Tiba-tiba kami terkejut mendengar suara keras yang menyesakkan telinga. Anak-anak itu ekspresi mukanya berubah, tidak ada senyum lagi. Suara itu berasal dari seorang monster bernama guru. Monster itu memaksa anak-anak melakukan hal yang tidak mereka sukai, meneriakinya, memaksanya. Anak-anak menjerit ketakutan, berusaha berlari, namun terpenjara dalam sekolah. Monster itu melabeli mereka dengan kata-kata “bodoh”, “tidak bisa diatur”, “autis”, dan “nakal”. Anak-anak menangis, mereka ingin mendapatkan keceriaannya kembali.

Awan sedih, ia tidak ingin mendengar anak-anak merasakan takut. Namun, ia pun tak berdaya karena berada jauh di atas langit. Awan meneteskan air mata, menangis. Aku tak kuasa melihat sahabatku sedih. Aku ingin membuat anak-anak tersenyum lagi dengan merasakan kasih sayang malaikat yang (juga) bernama guru. Aku mendatangi mereka, mengajak bermain, belajar, tanpa harus melabeli dengan kata-kata jahat. Aku ingin menjadi pelindung mereka. Awan menemani kami bermain setiap hari sambil belajar. Anak – anak berhasil mendapatkan senyuman mereka. Mereka pun datang ke sekolah lagi. Anak-anak tidak takut bermimpi, karena mereka tahu, ada awan yang selalu menemani.

Aku tersenyum pada sahabatku, dan ia membalasku dengan kedipan matanya. Awan mengajakku berlari lagi, menemui anak-anak yang kehilangan keceriaannya, dan membuat mereka mau bermimpi lagi. Awan akan terus begitu, dan akan selamanya seperti itu. Awan mengajarkan bagaimana mengajari manusia, ia mengajarkan bagaimana menjadi manusia. Awan akan tetap ada dan selalu dicintai anak-anak.

PS : Salam hangat untuk gurunya manusia, tetap semangat 🙂

crystal eye – panda klik!


Panda Klik! merupakan salah satu program pemberdayaan masyarakat di bidang fotografer alam yang diselenggarakan oleh WWF_kalbar. Dalam program ini, masyarakat lokal diajari teknik fotografi menggunakan pocket-kamera. Tema yang dijadikan objek fotografi adalah kehidupan sehari-hari yang ada di dekat mereka, baik kehidupan sosial, mata pencaharian, panorama yang ditemui saat bekerja, flora dan fauna. Program Panda Klik! sukses di beberapa daerah, salah satunya di kecamatan Bunut Hilir, Kapuas Hulu. Dengan mengucap Alhamdulillah, akhirnya buku Panda Klik! yang diberi tajuk Crystal eye selesai dicetak dan akan dibagikan untuk para stakeholder dan Donor saat pameran di Putussibau pada akhr bulan April ini. Dan kabar gembiranya, I get one for free… yeeaahhh…. thank you so much!

crystal eye IMG_4913

tanda tangan penulis WWF KAlbar

Previous Older Entries