Guys…. ini lho potret perbatasan kita (indonesia-malaysia)

Gambar

Cerita ini berlangsung sekitar satu tahun yang lalu, saat aku dan 10 orang temanku berkesempatan menjadi pengajar muda batch 2 di kabupaten kapuas hulu. Secara geografis, kapuas hulu berbatasan langsung dengan malaysia. Kecamatan terluar kapuas hulu ada 4 kecamatan yang berbatasan langsung dengan serawak, yaitu : kecamatan batang lupar, kecamatan embaloh hulu, kecamatan Putussibau selatan, dan kecamatan Badau. Namun dari 4 kecamatan tersebut, yang memiliki akses resmi ke serawak adalah kecamatan Badau. Di sana ada Pos Lintas Batas yang resmi dibuka tahun 2012 kemarin.

Daerah perbatasan ini menarik, karena menyimpan banyak cerita real dan sebagian potret Indonesia. Bangga dan miris sekaligus. Daerah perbatasan yang kami kunjungi adalah kecamatan Badau. Daerahnya sejuk di perbukitan, dekat dengan areal perkebunan sawit, dan hanya 15 menit dari titik nol Indonesia. Kecamatan Badau selayaknya kecamatan lain di kabupaten Kapuas hulu, mendapatkan akses listrik terbatas, dan sinyal yang kadang ada kadang hilang. Sangat kontras dengan kota terdekat di malaysia, Lubok Antu, yang modernisasinya sangat menggoda. Ada banyak statement yang keluar dari masyarakat, langsung maupun tidak langsung, bahwa mereka inginkan perubahan, mereka inginkan kemajuan, dan tak sedikit yang ingin berpindah haluan ke Malaysia. Menghadapi fenomena tersebut, langkah preventif pun diambil, berbagai poster nasionalisme disebar. Tapi apa sih arti dari sebuah poster? membakar semangat hanya sekejap saja jika tidak dibarengi dengan tindakan nyata. Miris??? Yaa…. akupun merasakan hal itu.

Di tengah-tengah areal perkebunan sawit, hidup masyarakat dayak-melayu yang setiap hari bolak-balik Badau-Lubok Antu. Sebagian besar kebutuhan harian mereka dipasok dari Lubok Antu, seperti tabung gas LPG, masyarakat lebih menyukai buatan petronas daripada buatan kita, lebih tahan lama dan anti DOR katanya. Bahkan untuk sekedar susu instan yang di Indonesia ada pabriknya, masyarakat (dan aku juga) lebih menyukai produk dengan merek yang sama buatan Malaysia. Sebagai konsumen, aku mengharapkan kualitas yang lebih dari barang yang kubeli, dengan harga yang lebih murah pula. Seketika itu juga, nasionalisme hanya berupa kata-kata tanpa makna.

Kami sempat mengunjungi desa lain di sisi perbatasan. Desa Kantuk Asam namanya. Didiami suku Dayak-iban yang memiliki akses “pribadi” ke Malaysia. Desa yang sederhana, dengan rumah betang dan antena penguat sinyal di mana-mana. Let’s see … gedung sekolahnya usang, dari 6 rombel yang seharusnya ada, kini hanya tinggal 2 rombel saja dengan guru yang kadang masuk kadang juga tidak, mobil proton ada di mana-mana, dan sebuah statement bangga penuh syukur yang diucapkan seorang bapak “anak saya sekarang sekolah di sana” sambil menunjuk bangunan megah salah satu sekolah dasar di Malaysia,  “dia setiap 6 bulan sekali dapat seragam baru, biaya sekolahnya gratis, di asramakan juga” lanjutnya. Jadi …. apa yang salah di sini?

Sangat berbeda dengan Malaysia, yang kesejahteraannya bisa menjangkau di setiap lapisan masyarakat. Walaupun begitu, aku tetap cinta Indonesia … maka dari itu, aku mau turun dan bergabung mewujudkan Indonesia yang cerah.

..::: Negeri TetanggaGambar

Gambar

Gambar

Gambar

Gambar

Gambar

…::: Indonesia

Gambar

Gambar

Gambar

Gambar

Gambar

Gambar

Gambar

….::: Pengajar Muda 2 kabupaten Kapuas hulu

Gambar

4 Comments (+add yours?)

  1. Ansyari
    Jun 09, 2013 @ 19:31:56

    aq pngen gbung juga bisa brjuang d daerah prbtsan….
    Sbgai anak borneo aq pngen kalimntan sjhtra khususny daerh prbtsan

    Reply

  2. Osamudera
    Sep 02, 2013 @ 22:43:28

    daerah perbatasan adalah daerah terdepan kita, serambi kita kawa

    Reply

  3. papabackpacker
    Mar 17, 2014 @ 01:11:39

    Cara menuju ke sana gimana ya? cerita dong mbek hhhee 🙂
    Salam kenal, main-main bisa kok papabackpacker.wordpress.com

    Reply

  4. Rendy Basoeki
    Nov 26, 2014 @ 13:12:40

    saya sangat bangga menjadi putra asli kec. Badau, semoga pemerintah melihat hal ini,, “perbatasan bukanlah halaman belakang suatu negara, tapi perbatasan merupakan halaman depan sebuah negara”.
    terimakasih mba’ udah posting tempat kelahiran saya.

    Reply

Leave a reply to Ansyari Cancel reply